Harapan adalah suatu keinginan supaya sesuatu dapat menjadi kenyataan. Manusia sebagai makhluk yang dibekali cipta, rasa, dan karsa, tidak akan terlepas dari adanya keinginan dalam dirinya, bahkan dapat menjadi sebuah keinginan yang sangat kuat, biasanya disebut hasrat.
Harapan untuk masa depan cenderung dan dapat dipastikan berupa segala sesuatu yang bersifat baik. Secara hierarki harapan memiliki beberapa prioritas, dan jika sudah tidak ada lagi pilihan maka harapan terakhir inilah menjadi pilihan utama.
Jurnalistik sebagai ilmu sekaligus keterampilan dan kecakapan hidup yang berkaitan dengan kemampuan menulis berita serta menyebarkan kepada masyarakat adalah hal terpenting untuk masa depan. Kamajuan teknologi informasi menjadikan penyebaran peristiwa atau kejadian secara langsung dapat segera diketahui oleh manusia di seluruh penjuru dunia. Bahkan, manipulasi peristiwa sehingga menjadi berita yang spektakuler juga dimungkinkan berkat adanya kemajuan teknologi informasi. Oleh sebab itu, diperlukan sosok-sosok pembawa berita atau jurnalis yang tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik sehingga dapat menyajikan berita yang berkualitas, aktual, dan faktual.
Proses peliputan, penulisan, dan penyebarluasan informasi baik dalam bentuk media tulis, lisan, bahkan audio visual, diperlukan adanya keahlian literasi, menulis, retorika, dan multimedia. Kemampuan bernalar kritis mutlak menjadi pilihan yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis atau wartawan. Kematangan dalam memahami ilmu komunikasi massa menjadikan jiwanya peka ketika menangkap fenomena dan peristiwa yang terjadi di masyarakat serta dapat mengolahnya menjadi berita yang layak dipublikasikan. Bekal kemampuan yang kompleks inilah yang menjadikan jurnalistik dapat bertahan dan berkembang di sepanjang masa, bahkan untuk masa depan.
Pada akhirnya, jurnalistik sebagai sebuah seni berpikir kritis dalam menyikapi kondisi masyarakat yang diwujudkan dalam berita menggunakan bahasa yang lugas dan tegas akan membutuhkan sentuhan keindahan agar dapat diterima tidak hanya pikiran namun dapat dirasakan ke dalam hati sanubari. Penyajian berita yang luwes memerlukan kepekaan batin penulisnya, pengalaman, dan sentuhan estetika bersastra. Pemahaman makna dan simbol baik tulis maupun grafis menjadi penguat serta mengikat berita sehingga menjadi karya jurnalistik yang utuh.
Selamat berkarya, jadilah jurnalis yang kritis demi mewujudkan harapan untuk masa depan.
Penulis: Aga Shakti K.